Pendinginan umumnya
merupakan suatu metode pengawetan yang ringan, pengaruhnya kecil sekali
terhadap mutu bahan pangan secara keseluruhan. Oleh sebab itu pendinginan
seperti di dalam lemari es sangat cocok untuk memperpanjang kesegaran atau masa
simpan sayuran dan buah-buahan. Sayuran dan buah-buahan tropis tidak tahan
terhadap suhu rendah dan ketahanan terhadap suhu rendah ini berbeda-beda untuk
setiap jenisnya. Sebagai contoh, buah pisang dan tomat tidak boleh disimpan
pada suhu lebih rendah dari 130C karena akan mengalami chilling injury yaitu
kerusakan karena suhu rendah. Buah pisang yang disimpan pada suhu terlalu
rendah kulitnya akan menjadi bernoda hitam atau berubah menjadi coklat,
sedangkan buah tomat akan menjadi lunak karena teksturnya rusak.
Pendinginan
Pendiginan
adalah penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan bahan yaitu -2 sampai
+10 0 C. Cara pengawetan dengan suhu rendah lainya yaitu pembekuan.
Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku yaitu pada suhu 12
sampai -24 0 C. Pembekuan cepat (quick freezing) di lakukan pada
suhu -24 sampai -40 0 C. Pendinginan biasanya dapat mengawetkan
bahan pangan selama beberapa hari atau minggu tergantung pada macam bahan
panganya, sedangkan pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan untuk beberapa
bulan atau kadang beberapa tahun. Perbedaan lain antara pendinginan dan
pembekuan adalah dalam hal pengaruhnya terhadap keaktifan mikroorganisme di
dalam bahan pangan. Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan pangan tidak dapat
membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya di keluarkan dari
penyimpanan dan di biarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan bakteri
pembusuk kemudian berjalan cepat kembali. Pendinginan dan pembekuan
masing-masing juga berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, nilai gizi, dan
sifat-sifat lainya. Beberapa bahan pangan menjadi rusak pada suhu penyimpangan
yang terlalu rendah.
PENDINGINAN HASIL PERTANIAN
Kegunaan umum pendinginan adalah untuk
pengawetan, penyimpanan dan distribusi bahan pangan yang rentan
rusak. Kelayakan bahan pangan untuk dikonsumsi dapat diperpanjang dengan
penurunan suhu, karena dapat menurunkan reaksi dan penguraian kimiawi oleh
bakteri. Pendinginan maupun pembekuan tidak dapat meningkatkan mutu bahan
pangan, hasil terbaik yang dapat diharapkan hanyalah mempertahankan mutu
tersebut pada kondisi terdekat dengan saat akan memulai proses
pendinginan. Hal ini berarti mutu hasil pendinginan sangat dipengaruhi
oleh mutu bahan pada saat awal proses pendinginan.
Untuk dapat
mempertahankan mutu bahan pangan, sangat penting diperhatikan proses penanganan
dari mulai bahan pangan tersebut di panen/diolah, disimpan atau pada saat
transportasi sampai ke tangan konsumen. Analisis rantai dingin (cold chain)
dapat digunakan sebagai cara untuk mengetahui apakah bahan pangan tersebut
ditangani secara benar atau tidak.
Penurunan mutu
produk segar dapat dipengaruhi oleh :
·
Perubahan metabolic seperti
penguapan, ethylene, tekstur dan aroma
·
Pertumbuhan dan pengembangan
·
Transpiration
·
Cacat
·
Kerusakan Physiologis
·
Busuk; pertumbuhan mikroba
Yang harus
diperhatikan dalam melakukan proses pendinginan yang baik adalah :
·
Waktu antara panen dan “pre-cooling”
·
Jenis karton, palet; ventilasi
·
Cara pendinginan dan waktu yang
dibolehkan
·
Suhu produk sebelum didinginkan
·
Suhu produk akhir
·
Sanitasi dari sistem pendingin
·
Pelihara suhu produk
Dewasa ini
dikenal beberapa metode pendinginan untuk bahan pangan, yaitu:
1.
Air cooling
Air cooling
menggunakan suhu pendingin lebih dari 0°C dengan debit udara 150m3/jam. Metode
pendinginan air cooling dapat digolongkan menjadi:
a)
Room cooling
Room cooling biasanya menggunakan ruang dengan insulasi yang
dilengkapi dengan alat pendingin. Umumnya digunakan untuk berbagai macam produk
segar tapi kurang efektif untuk segera memindahkan field heat produk.
Cara
penyimpanan produk dalam ruangan berpendingin sangat dipengaruhi oleh:
·
Debit aliran udara (diusahakan
sekitar 100 cfm per ton produk)
·
Tumpukan produk
·
Ventilasi antar kotak
·
Suhu udara terendah
Penerapan
metode pendinginan room cooling adalah untuk proses pendinginan produk pada
skala kecil maupun besar.
b)
Air forced cooling
Pada pendinginan air forced cooling, udara pendingin didorong dengan
kipas. Udara bersirkulasi dengan kecepatan tinggi 75-90% lebih cepat dibanding
room cooling. Penggunaan air forced cooling harus dengan pengontrolan
RH yang berkisar antara 90-98%. Metode pendinginan ini efektif untuk
produk yang dikemas.
2.
Hydrocooling
Pada
pendinginan hydrocooling, panas produk dipindahkan melalui media air. Metode
ini banyak digunakan untuk sayuran untuk mempertahankan tekstur dan kesegaran
daun dan dapat digunakan sekaligus untuk membersihkan produk dimana dapat dicampur
dengan klorin sebagai disinfectant. Kelemahannya adalah sering terjadi
mechanical injury dan hanya bisa digunakan untuk komoditi yang tidak sensitif
terhadap air. Hydrocooling untuk sayur biasanya dilakukan setelah dikemas.
3.
Vacuum Cooling
Pendinginan
vakum adalah salah satu metoda yang umum digunakan untuk pra-pendinginan
sayuran berdaun. Efek pendinginan terjadi akibat penguapan cepat sejumlah air
dari bahan yang akan didinginkan pada ruang bertekanan rendah. Panas laten yang
dibutuhkan untuk penguapan tersebut diambil dari produk itu sendiri sehingga
terjadi penurunan panas sensibelnya dan sebagai akibatnya terjadi penurunan
suhu. Pendinginan vakum sangat popular pada pra-pendinginan sayuran berdaun
karena dua keunggulannya yang utama, yaitu laju pendinginan cepat dan sebaran
suhu seragam pada seluruh bahan Efek pendinginan melalui panas laten penguapan.
Metode pendinginan vakummerupakan metod ependinginan yang paling cepat. Tekanan
udara di ruang pendinginnya berkisar 4.6 mm Hg. Metode pendinginan vakum banyak
diterapkan untuk mendinginkan sayuran daun seperti lettuce, cabbage, wortel,
pepper, jamur, cauliflower.
Metode Analisis
Data Pendinginan
Kebutuhan
industri pendinginan terdiri atas tiga hal, yaitu prosedur analisa data
pendinginan, prosedur penggunaan data pendinginan untuk merancang sistem
refrigerasi, serta pengumpulan data dasar, sifat termofisik, dan sifat pindah
panas antara bahan dengan mesin pendingin, sedemikian sehingga dapat
menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk merancang sistem pendingin yang
diinginkan. Pada tulisan ini dijelaskan beberapa metoda analisa dan cara
pemilihan metoda yang ada tersebut, sehingga dapat digunakan oleh para
perekayasa bidang refrigerasi dan ahli ilmu pangan untuk keperluannya
masing-masing. Fokus utama diberikan pada proses pendinginan konduktif.
Pemilihan
metoda analisa perlu mempertimbangkan antara pemecahan yang diturunkan secara
pasti atau penggunaan grafik suhu-waktu secara aritmetik. Untuk menuju pada
metoda analisa yang seragam, beberapa hal yang harus dipenuhi oleh suatu metoda
analisis adalah:
·
Dapat diterapkan pada kisaran
kondisi yang luas, dari pendinginan lambat dengan udara (air-cooling) hingga
pendinginan cepat dengan pencelupan ke dalan cairan (hydro cooling).
·
Mampu menduga waktu pendinginan,
serta menganalisa dan mengkorelasikan data waktu pendinginan tersebut.
·
Cukup mudah tetapi akurat untuk
dipahami dan digunakan oleh perekayasa refrigerasi.
·
Mengandung pengertian fisik.
·
Mempunyai parameter yang
minimum, dan variabel atau parameter yang tidak lebih banyak dari bilangan
non-dimensional dalam sistem persamaannya.
·
Dapat membantu para perekayasa
refrigerasi dan ahli ilmu pangan dalam mengukur sifat termofisik bahan pangan
tertentu.
No comments:
Post a Comment