1.1.
Tentang Pembekuan
Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan
dengan cara membekukan bahan pada suhu di bawah titik beku pangan tersebut. Sehingga
dengan membekunya sebagian kandungan air bahan atau dengan terbentuknya es
(ketersediaan air menurun), maka kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat
atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan pangan. Menurut
Tambunan (1999), pembekuan berarti pemindahan panas dari bahan yang disertai
dengan perubahan fase dari cair ke padat, dan merupakan salah satu proses
pengawetan yang umum dilakukan untuk penanganan bahan pangan.
Mutu hasil
pembekuan masih mendekati bahan pangan yang segar walaupun tidak dapat
dibandingkan dengan mutu hasil pendinginan. Pembekuan dapat mempertahankan rasa
dan nilai gizi bahan pangan yang lebih baik daripada metoda lain, karena
pengawetan dengan suhu rendah (pembekuan) dapat menghambat aktivitas mikroba
mencegah terjadinya reaksi-reaksi kimia dan aktivitas enzim yang dapat merusak
kandungan gizi bahan pangan. Walaupun pembekuan dapat mereduksi jumlah mikroba
yang sangat nyata tetapi tidak dapat mensterilkan makanan dari mikroba. maka
dapat disimpulkan bahwa proses pengawetan dengan cara pembekuan didasarkan atas
dua buah prinsip, yakni :
1.
Suhu yang sangat rendah yang berfungsi menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dan memperlambat aktivitas enzim dan reaksi kimiawi.
2.
Pembentukan kristal es yang menurunkan
ketersediaan air bebas di dalam pangan sehingga pertumbuhan mikroorganisme
terhambat.
Pada proses pembekuan, penurunan suhu akan menurunkan
aktifitas mikroorganisme dan sistem enzim, sehingga mencegah kerusakan bahan
pangan. Selain itu, kristalisasi air akibat pembekuan akan mengurangi kadar air
bahan dalam fase cair di dalam bahan pangan tersebut sehingga menghambat
pertumbuhan mikroba atau aktivitas sekunder enzim. Proses pembekuan terjadi
secara bertahap dari permukaan sampai pusat bahan. Pada pemukaan bahan,
pembekuan berlangsung cepat sedangkan pada bagian yang lebih dalam, proses
pembekuan berlangsung lambat. Pada awal proses pembekuan, terjadi fase precooling
dimana suhu bahan diturunkan dari suhu awal ke suhu titik beku. Pada tahap
ini semua kandungan air bahan berada pada keadaan cair. Setelah tahap precooling
terjadi tahap perubahan fase, pada tahap ini terjadi pembentukan kristal
es.
1.1.1.
Titik Beku Bahan
Pangan
Sel-sel hidup banyak mengandung air, sering kali sampai dua
pertiga atau lebih dari jumlah beratnya. Di dalam medium ini banyak terlarut
senyawa organic dan anorganik, termasuk garam, gula, dan asam dalam bentuk
larutan, juga termasuk molekul organic yang lebih kompleks seperti protein
dalam bentuk suspensi koloidal. Sedikit banyak juga terdapat gas-gas yang
terlarut dalam larutan yang berair. Perubahan-perubahan fisik, kimia dan
biologis yang terjadi di dalam bahan pangan selama pembekuan dan pencairan
merupakan proses yang sangat kompleks dan belum seluruhnya diketahui. Titik
beku suatu cairan adalah suhu di mana cairan tersebut dalam keadaan seimbang
dengan bentuk padatnya. Suatu larutan dengan tekanan uap yang lebih rendah dari
zat pelarut murni tidak akan seimbang dengan zat pelarut yang padat pada titik
beku normalnya.. Sistem tersebut harus didinginkan sampai suhu dimana larutan
dan zat pelarut yang padat mempunyai tekanan yang sama.
Titik beku suatu larutan adalah lebih rendah daripada zat
pelarut murni. Titik beku bahan pangan adalah lebih rendah daripada air murni.
Bilamana suatu cairan menguap, molekul-molekul yang lepas memberikan suatu
tekanan yang dikenal dengan tekanan uap. Tekanan total dari suatu system akan
sama dengan tekanan parsial dari tekanan tersebut. Penambahan zat terlarut yang
bersifat tidak menguap (gula) ke dalam air akan menurunkan tekanan uap air dari
larutan gula dalam air, dan titik beku larutan tersebut akan menjadi lebih
rendah daripada air murni. Oleh karena kebanyakan bahan pangan kandungan airnya
tinggi maka kebanyakan pangan akan membeku pada suhu antara 32o dan 25o.F.
Selama berlangsung pembekuan suhu bahan pangan tersebut relatif tetap sampai
sebagian besar dari bahan pangan tersebut membeku, dan setelah beberapa waktu
suhu akan mendekati medium pembeku.
1.1.2.
Laju Pembekuan
Salah satu pertimbangan pemilihan suatu proses dalam
industri pembekuan pangan beku adalah laju pembekuan. Laju pembekuan tidak saja
menentukan struktur akhir produk beku, tetapi juga mempengaruhi lama pembekuan
(Heldmandan Singh, 1981). Menurut Lembaga Refrigerasi International (1971),
laju pembekuan suatu massa pangan adalah ratio antara jarak minimal antara
permukaan dengan titik pusat termal dibanding dengan waktu yang diperlukan oleh
produk pangan mencapai suhu 0 oC pada permukaan bahan sampai mencapai suhu -5 oC
pada pusat termal bahan. Salah satu variasi terhadap definisi Lembaga
Refrigerasi International ialah Thermal Arrest Time (TAR). Menurut
definisi ini, laju pembekuan ialah pengukuran waktu yang dibutuhkan titik yang
paling lambat membeku pada produk, untuk menurunkan suhu dari 0 oC menjadi –5 oC.
Sedangkan Heldman dan Singh (1981) mengatakan laju pembekuan ialah Pengukuran
waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu produk pada titik yang paling
lambat menjadi dingin atau beku, dihitung dari saat tercapainya titik beku awal
sampai tercapainya tingkat suhu yang diinginkan di bawah titik beku produk
tersebut. Meskipun disadari bahwa definisi ini tidak terlepas dari kekurangan,
agaknya masih merupakan kompromi terbaik bila dibandingkan dengan keunggulan
dan kelemahan definisi lain. (Heldman dan Singh, 1981).
Laju pembekuan dapat diatur dan sangat menentukan sifat dan
mutu produk beku yang dihasilkan. Sifat produk yang diakibatkan oleh pembekuan
yang sangat cepat sangat berbeda dari produk yang dihasilkan dari pembekuan
lambat. Pembekuan yang sangat cepat akan menghasilkan kristal es yang kecil
tersusun secara merata pada jaringan. Sedangkan pembekuan lambat akan
menyebabkan terbentuknya kristal es yang besar yang tersusun pada ruang antar
sel dengan ukuran pori yang besar. Dari segi kecepatan berproduksi, pembekuan
secara sangat cepat dianggap menguntungkan, selama mutu produk yang dihasilkan
tidak dikorbankan (Heldman dan Singh, 1981).
King (1971) membagi laju pembekuan ke dalam 3 golongan yaitu
; (1). Pembekuan lambat, jika waktu pembekuan adalah 30 menit atau lebih untuk
1 cm bahan yang dibekukan, (2). Pembekuan sedang , jika waktu pembekuan adalah
20- 30 menit atau lebih untuk 1 cm bahan yang dibekukan dan, (3). Pembekuan
cepat, jika waktu pembekuan adalah kurang dari 20 menit untuk 1 cm bahan yang
dibekukan. Pembekuan cepat didefinisikan oleh mereka yang menganut teori
kristalisasi cepat sebagai proses dimana suhu bahan pangan tersebut melampaui
zona pembekuan kristal maksimum (32o sampai 25oF) dalam
waktu 30 menit atau kurang. Prinsip dasar dari semua pembekuan cepat adalah
cepatnya pengambilan panas dari bahan pangan. Metode ini meliputi pembekuan
dalam hembusan cepat udara dingin, dengan imersi langsung bahan pangan ke dalam
medium pendingin, dengan jalan persinggungan plat-plat pendingin dalam ruang
pembekuan, dan dengan pembekuandengan udara, nitrogen, karbondioksida cair.
1.3. Metode Pembekuan
Di industri
pangan, telah dikembangkan metode pembekuan untuk mempercepat proses pembekuan
yang memungkinkan produk membeku dalam waktu yang pendek. Pembekuan cepat atau
pembekuan dalam waktu yang singkat akan menghasilkan kristal es berukuran kecil
sehingga akan meminimalkan kerusakan tekstur bahan yang dibekukan. Selain itu,
proses pembekuan cepat juga menyebabkan terjadinya kejutan dingin (freeze
shock) pada mikroorganisme dan tidak terjadi tahap adaptasi mikroorganisme
dengan perubahan suhu sehingga mengurangi resiko pertumbuhan mikroorganisme
selama proses pembekuan berlangsung. Tiga metode pembekuan cepat yang umum
dilakukan adalah:
1.
Pembekuan dengan
penggunaan udara dingin yang ditiupkan atau melalui gas lain dengan suhu rendah
kontak langsung dengan makanan, misalnya dengan alat-alat pembeku tiup (blast),
terowongan (tunnel), bangku fluidisasi (fluidised bed), spiral,
tali (belt) dan lain-lain.
2.
Pembekuan dengan alat pindah panas tipe gesekan (scraped heat
exchanger): produk (misalnya ice cream) dibekukan dengan metode ini untuk
mengurangi pembentukan kristal es berukuran besar. Produk digesekkan pada
permukaan pendingin dan kemudian segera dibawa menjauh. Proses ini dilakukan
secara berulang.
3.
Pembekuan kriogenik (cryogenic freezing) dimana nitrogen
cair (atau karbon dioksida) disemprotkan langsung pada bahan-bahan pangan
berukuran kecil seperti udang atau strawberry. Karena cairan nitrogen dan
karbon dioksida mempunyai suhu beku yang sangat rendah (berturut-turut -196oC dan -78oC)
maka proses pembekuan akan berlangsung spontan.
Metoda
pembekuan yang dipilih untuk setiap produk tergantung pada :
1.
Mutu produk dan tingkat
pembekuan yang didinginkan .
2.
Tipe dan bentuk produk
, pengemasan , dan lain-lain.
3.
Fleksibilitas yang
dibutuhkan dalam operasi pembekuan.
4.
Biaya pembekuan untuk
teknik alternatif.
Nitrogen cair
(titik didih –196oC) dan bahan pendingin bersuhu rendah lainnya
telah menjadi sangat penting akhir-akhir ini sehubungan dengan perannya dalam
pembekuan makanan secara cepat (rapid freezing), di mana teknik
pembekuan lainnya menghasilkan mutu yang rendah pada produk akhir. Perendaman
langsung ke dalam cairan nitrogen telah diganti dengan system penyemprotan
langsung pada makanan yang telah didinginkan terlebih dahulu oleh uap nitrogen
yang bergerak berlawanan dengan aliran makanan dalam terowongan berisulator
yang lurus atau berbentuk spiral. Walaupun biaya operasi dengan menggunakan
nitrogen cair ini lebih tinggi. Cara ini mengurangi oksidasi permukaan makanan
yang tidak dikemas dan hilangnya air dari bahan pangan tersebut, dan keluwesan
cara ini memungkinkan pembekuan untuk berbagai jenis bahan pangan.
1.4.
Pengaruh dari Pembekuan
a. Pengaruh Pembekuan terhadap Jaringan
Makanan
tidak mempunyai titik beku yang pasti, tetapi akan membeku pada kisaran suhu
tergantung pada kadar air dan komposisi sel. Kurva suhu – waktu pembekuan
umumnya menunjukkan garis datar (plataeau) antara 0oC dan 5oC
berkaitan dengan perubahan (fase) air menjadi es, kecuali jika kecepatan
pembekuan sangat tinggi. Telah ditunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk
melampaui daerah pembekuan ini mempunyai pengaruh yang nyata pada mutu
beberapa makanan beku. Umumnya telah diketahui bahwa pada tahapan ini terjadi
kerusakan sel dan struktur yang irreversible yang mengakibatkan mutu
menjadi jelek setelah pencairan, terjadi khususnya sebagai hasil pembentukan
kristal es yang besar dan perpindahan air selama pembekuan dari dalam sel ke
bagian luar sel yang dapat mengakibatkan kerusakan sel karena pengaruh tekanan
osmotis. Pembekuan yang cepat dan penyimpanan dengan fluktuasi suhu yang tidak
terlalu besar, akan membentuk kristal-kristal es kecil di dalam sel dan akan
mempertahankan jaringan dengan kerusakan minimum pada membran sel.
b. Pengaruh Pembekuan terhadap
Mikroorganisme
Pertumbuhan
mikroorganisme dalam makanan pada suhu di bawah kira-kira 12oC belum dapat
diketahui dengan pasti. Jadi penyimpanan makanan beku pada suhu sekitar 18oC
dan di bawahnya akan mencegah kerusakan mikrobologis, dengan persyaratan
tidak terjadi perubahan suhu yang besar. Mikroorganisme psikofilik mempunyai
kemampuan untuk tumbuh pada suhu lemari es terutama di antara 0o dan 5oC. Jadi
penyimpanan yang lama pada suhu-suhu ini baik sebelum atau sesudah pembekuan
dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan oleh mikroba.
Walaupun
jumlah mikroba biasanya menurun selama pembekuan dan penyimpanan beku (kecuali
spora), makanan beku tidak steril dan acapkali cepat membusuk seperti produk
yang tidak dibekukan jika suhu cukup tinggi dan lama penyimpanan pada suhu
tersebut cukup lama. Pembekuan dan penyimpanan makanan beku juga mempunyai pengaruh
yan nyata pada kerusakan sel mikroba. Jika sel yang rusak atau luka tersebut
mendapat kesempatan menyembuhkan dirinya, maka pertumbuhan yang cepat akan
terjadi jika lingkungan sekitarnya memungkinkan.
c. Pengaruh Pembekuan terhadap Protein
Oleh
karena pembekuan hanya menyebabkan sedikit perubahan nilai gizi protein, maka
dimungkinkan untuk mendenaturasi protein dengan perlakukan demikian. Hal ini
dapat dilihat dalam proses pendadihan bahan-bahan yang berprotein terutama
selama pembekuan dan pencairan yang berulang-ulang. Walaupun nilai biologis
protein yang mengalami denaturasi, sebagai bahan pangan manusia, tidak banyak
berbeda dengan protein asli, kenampakan dan kualitas bahan pangan tersebut
mungkin akan berubah sama sekali karena perlakuan-perlakuan yang demikian.
Selama penyimpanan beku jika seandainya enzim tidak diinaktifkan, proteolisis
mungkin terjadi di dalam jaringan hewan.
d. Pengaruh Pembekuan terhadap Enzim
Aktivitas
enzim tergantung pada suhu. Aktivitas enzim mempunyai pH optimum dan
dipengaruhi oleh kadar substrat. Aktivitas suatu enzim atau system enzim dapat
dirusakan pada suhu mendekati 200oF. Enzim masih mempunyai sebagian
aktivitasnya pada suhu serendah –100oF. Walaupun kecepatan reaksinya sangat
rendah pada suhu tersebut. Sistem enzim hewan cenderung mempunyai kecepatan
reaksi optimum pada suhu sekitar 98oF. Sistem enzim tanaman cenderung mempunyai
suhu optimum pada suhu yang sedikit lebih rendah. Pembekuan menghentikan
aktivitas mikrobiologis. Aktivitas enzim hanya dihambat oleh suhu pembekuan.
Pengendalian enzim yang termudah dapat dikerjakan dengan merusak dengan
perlakuan pemanasan yang pendek (balansing) sebelum pembekuan dan penyimpanan.
e. Pengaruh Pembekuan terhadap Lemak
Deteriorasi
oksidatif lemak dan minyak bukanlah hal yang asing lagi pada bahan pangan.
Lemak dalam jaringan ikan cenderung lebih cepat menjadi tengik daripada lemak
dalam jaringan hewan. Pada suhu –10oC ketengikan yangberkembang dalam jaringan
berlemak yang beku sangat berkurang. Lemak yang tengik cenderung mempunyai
nilai gizi yang lebih rendah daripada lemak yang segar. Untuk mencegah proses
tersebut maka proses pembekuan merupakan pencegahan yang sangat baik hampir
pada semua makanan berlemak.
f. Pengaruh Pembekuan terhadap Vitamin
Kehilangan
vitamin-vitamin berlangsung terus sepanjang pelaksanaan pengolahan, misalnya
selama blansing dan pencucian, pemotongan dan penggilingan. Terkenanya
jaringan-jaringan oleh udara akan menyebabkan hilangnya vitamin C karena
oksidasi. Umumnya kehilangan vitamin C terjadi bilamana jaringan dirusak dan
terkena udara. Selama penyimpanan dalam keadaan beku kehilangan vitamin C akan
berlangsung terus. Makin tinggi suhu suhu penyimpanan makin besar terjadinya
kerusakan zat gizi. Dalam bahan pangan beku kehilangan yang lebih besar
dijumpai terutama pada vitamin C daripada vitamin yang lain. Blansing untuk
menginaktifkan enzim adalah penting untuk melindungi tidak hanya
vitamin-vitamin akan tetapi juga kualitas bahan pangan beku pada umumnya.
Secara
komersial sudah lama dilakukan penambahan asam askorbat pada buah-buahan
sebelum pembekuan guna melindungi kualitas. Vitamin B1 peka peka terhadap panas
dan rusak sebagian selama blansing untuk menginaktifkan enzim. Kehilangan lebih
lanjut tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit selama penyimpanan beku pada suhu
dibawah nol pada buah-buahan, sayuran, daging, dan unggas. Selama preparasi
untuk pembekuan kandungan vitamin B2 dalam bahan pangan menjadi berkurang, akan
tetapi selama penyimpanan beku kerusakan zat gizi hanya sedikit atau tidak
rusak sama sekali. Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak dan karoten sebagai
prekusor vitamin A selama pembekuan bahan pangan mengalamin sedikit perubahan,
walaupun terjadi kehilangan selama penyimpanan. Blansing pada jaringan tanaman
dapat memperbaiki stabilitas penyimpanan karoten. Penyimpanan bahan pangan
dalam keadaan beku tanpa dikemas dapat menjurus ke arah terjadinya oksidasi dan
perusakan sebagian besar zat gizi, termasuk vitamin.
g. Pengaruh Pembekuan terhadap Parasit
Pembekuan
bahan pangan mempunyai keuntungan dalam mematikan parasit. Contoh yang terbaik
dalam hal ini kita jumpai dalam mematikan Trichinella spiralis dengan
pembekuan. Penurunan suhu bahan pangan yang terkena infeksi sampai 0oF atau
lebih rendah akan mematikan semua tingkatan kehidupan organisme tersebut. Bahan
pangan yang dibekukan tidak cocok untuk pertumbuhan parasit dan kenyataan bahwa
infestasi oleh insekta tidak pernah terjadi.
1. 5. Contoh Penerapan Pembekuan
pada Pangan
1.
Pembekuan pada Udang
Udang diklasifikasikan ke dalam fhilum Arthropoda, kelas
Crustaceae, dan bangsa Decapoda. Badan udang dibagi menjadi dua: chepalotorax
yaitu gabungan antara kepala, dada, dan perut, bagian yang kedua yaitu ekor.
Bagian kepala beratnya kurang lebih 36-41 % dan daging 24-41 % serta kulit
17-23 % dari total berat badan.
Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa,
memiliki aroma yang spesifik dan memiliki nilai gizi tinggi. Udang segar adalah
udang yang baru ditangkap . Ciri-ciri udang segar adalah rupa dan warna bening
, sfesifikasi jenis, cemerlang, sambungan antar ruas kokoh, kulit melekat kuat
pada daging. Bau segar spesifik menurut jenisnya. Bentuk daging kompak ,
elastis, dan rasanya manis. Udang yang rusak atau busuk ditandai dengan : rupa
dan warna kemerahan dan kusam, sambungan antar ruas longgar, sudah mulai
ditandai bercak-bercak hitam. Bau tidak segar, bau busuk. Proses penurunan mutu
udang disebabkan oleh factor-faktor yang berasal dari badan udang itu sendiri
dan factor lingkungan. Penurunan mutu udang terjadi secara autolisis,
bakteriologis, dan oksidasi.
Prinsip yang dianut dalam penanganan udang adalah
mempertahankan kesegaran udang selama mungkin dengan cara memperlakukan udang
dengan cermat dan hati-hati; segera dan cepat mendinginkan udang sampai
mencapai suhu 0ºC; memperlakukan udang secara bersih; serta selalu
memperhatikan factor waktu dan kecepatan bekerja selama rantai penanganan
dingin. Pada prinsipnya udang hasil tangkapan harus dilindungi dari panas, aksi
pembusukan, dan pencemaran. Selama rantai penanganan udang harus dilindungi
dari perembesan oleh panas ke dalam wadah atau peti.Adapun contoh penanganan
yang kurang baik dan dapat menurunkan mutu udang adalah penyusunan udang yang
terlalu rapat, tumpukan udang yang terlalu tinggi, dan udang tidak ditutup oleh
es.
Sebagai patokan pemberian es pada udang adalah : segera
setelah udang ditangkap diberi es yang cukup banyak. Banyaknya es yang
diberikan tergantung kepada lamanya penyimpanan, tetapi pada umumnya
perbandingan antara udang dengan es adalah 1: 1. Suhu udara senantiasa 0ºC
selama perjalanan pulang dari penangkapan dan dibongkar di darat.. Masih
tersisa es di sekitar udang pada saat dibongkar untuk dinaikan ke darat.
Cara penyusunan udang di kapal ada dua macam : penyusunan
secara curah dan penyusunan dengan peti. Penyusunan secara curah adalah suatu
penyusunan atau penyimpanan udang dengan es di dalam kerangka kandang yang
biasanya dibuat dengan cara memasang papan lepas ke arah atas kerangka
penyangga vertical dalam palka kapal. Masalah utama dari penyusunan udang
secara curah adalah kesukaran membongkar udang pada saat pendaratan, penanganan
berlangsung lambat, tenaga kerja banyak, dan kerusakan udang tinggi.
Keuntungan cara penyusunan udang dengan pemetian adalah mutu
udang yang didaratkan akan lebih baik daripada metode susun curah, udang masih
tetap terlindung dalam es selama pembongkaran, pelelangan berlangsung lebih
mudah dan lebih cepat, dan mutu udang lebih baik karena tidak banyak yang rusak
karena tekanan..
Pada prinsipnya pembekuan udang merupakan salah satu cara
memperlambat terjadinya proses penurunan mutu – baik secara autolisis,
bakteriologis, dan oksidasi-dengan suhu dingin. Walau dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme serta menghambat reaksi kimia dan aktivitas enzim,
pembekuan bukanlah cara untuk mensterilkan udang. Oleh karena itu setelah udang
dibekukan dan disimpan dalam cold storage, tidak akan lepas begitu saja dari
proses penurunan mutu. Proses penurunan udang disebabkan beberapa hal, yaitu : autolisis,
denaturasi protein, bakteriologis, oksidasi, dan dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Rohanh, Ainun. 2002. Pembekuan.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.
Desrosier, N.W., 1988. Teknologi
Pengawetan Pangan; Penerjemah Muchji Muljohadjo, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
ReplyDeleteSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri