Brem sebagai
minuman beralkohol, jika dikonsumsi secukupnya, bermanfaat mencegah stroke dan
penyakit jantung. Sebaliknya, menjadi mudarat dan penyebab penyakit-penyakit
tersebut bila kita berlebihan mengonsumsinya.
Bila Anda jalan-jalan ke Jawa Timur ataupun Bali, brem merupakan minuman dan makanan tradisional yang tidak boleh dilupakan sebagai oleh-oleh. Rasa brem yang luar biasa membuat kita akan terus teringat akan "eksotismenya".
Kata brem merupakan pemikiran filsafat masyarakat Bali pada zaman dahulu. Sejarah brem dapat dikaitkan dengan perjalanan sejarah agama Hindu di Bali. Brem pada zaman dahulu merupakan cairan yang dipakai sebagai pengganti darah, dalam upacara tabuhrah, yang bertujuan untuk melestarikan manusia dengan alam lingkungannya. Teknologi brem sudah dikenal sebelum tahun 110.
Terdapat tiga jenis brem dan dua di antaranya berbentuk padat. Jenis pertama brem Madiun, berwama putih kekuningan dengan rasa manis-asam. Bentuknya menyerupai blok dengan ukuran 0,5 X 5 sampai 7 cm. Jenis kedua brem Wonogiri, berwarna putih dengan rasa manis dan sangat mudah larut. Bentuknya bulat tipis dengan diameter sekitar 5 cm. Jenis yang ketiga brem Bali, yaitu minuman beralkohol yang sudah terkenal dan diproduksi di Bali. Semua jenis brem ini dibuat dari air tape ketan.
Brem Bali merupakan produk cair yang mengandung alkohol, gula pereduksi, gas C02, dan sedikit asam organik. Brem terbentuk dari reaksi antara zat tepung dengan enzim dan sedikit air, sehingga menghasilkan gula. Kemudian gula yang dihasilkan bereaksi lagi dengan enzim, sehingga menghasilkan alkohol dan gas C02. Brem Bali biasanya dikonsumsi setelah makan.
BERAS
KETAN
Bahan baku yang sering digunakan dalam pembuatan brem
adalah beras ketan (Oryza sativa var glutinosa), balk beras ketan putih
maupun hitam. Jenis umbi-umbian jarang digunakan.
Beras ketan merupakan beras dengan kadar amilopektin yang sangat tinggi, nasinya sangat mengilap, sangat lekat, dan kerapatan antarbutir nasi tinggi, sehingga volume nasinya sangat kecil. Rasio antara amilosa dan amilopektin dapat menentukan tekstur, pera, dan lengket atau tidaknya nasi.
Beras ketan merupakan beras dengan kadar amilopektin yang sangat tinggi, nasinya sangat mengilap, sangat lekat, dan kerapatan antarbutir nasi tinggi, sehingga volume nasinya sangat kecil. Rasio antara amilosa dan amilopektin dapat menentukan tekstur, pera, dan lengket atau tidaknya nasi.
Semakin kecil kadar amilosa atau semakin tinggi amilopektin, semakin lengket nasinya. Sifat kelengketan beras ketan menentukan baik buruknya produk brem padat.
Brem padat yang selama ini terdapat di pasaran adalah brem madiun dan brem wonogiri. Brem ini sangat populer karena rasanya yang cukup enak dan kepraktisan dalam penggunaannya. Sensasi brem akan muncul ketika makanan tersebut dimasukkan ke dalam mulut, langsung mencair dan lenyap, kemudian meninggalkan rasa semriwing di lidah.
Hasil penelitian Winarno et al (1982) menunjukkan bahwa zat kimia yang paling banyak terdapat dalam brem padat adalah gula, pati terlarut, dan asam laktat. Brem padat merupakan sumber gula yang baik. Di dalam 100 gram brem terkandung 65,18 g gula, sehingga rasanya manis dan sekaligus sebagai sumber energi yang baik. Komposisi kimia brem padat dapat dilihat pada tabel.
Tabel.
Komposisi Kimia per 100 gram brem padat
Komposisi Kimia per 100 gram brem padat
Senyawa kimia
|
Kadar
|
Gula (g)
|
65,18
|
Pati (g)
|
4,56
|
Air (g)
|
18,87
|
Total asam (g)
|
1,58
|
Lemak (g)
|
0,11
|
Protein (g)
|
0,42
|
Padatan terlarut (g)
|
1,34
|
Sumber: Winarno et al
(1982)
Ada
beberapa macam cara pembuatan brem padat. Prinsipnya, proses tersebut dapat
dibagi dalam beberapa tahap, yaitu pemilihan bahan baku, pencucian, pengukusan,
pemberian ragi, fermentasi, pengepresan, pemasakan, pengadukan, dan
pengeringan. Pada fermentasi ketan menjadi tape, berlangsung aktivitas enzim
yang dikeluarkan oleh kapang dan khamir. Enzim tersebut akan memecah
karbohidrat menjadi gula. Gula yang terbentuk selanjutnya akan diubah menjadi
alkohol dan karbondiosida (CO2).
Selain
alkohol, proses fermentasi karbohidrat juga akan menghasilkan asam-asam
organik, seperti asam asetat, asam laktat, asam suksinat, dan asam malat.
Kombinasi alkohol dengan asam memberikan sensasi rasa tersendiri pada brem yang
terbentuk.
Proses
pemasakan sari tape akan sangat berpengaruh terhadap warna brem padat yang
dihasilkan. Brem padat biasanya memiliki warna kecokelatan disebabkan
karamelisasi gula dan reaksi Maillard. Karamel terbentuk akibat pemanasan gula
pereduksi pada suhu yang cukup tinggi.
Dalam pembuatan brem cair ataupun tape
sering digunakan bahan dari beras ketan. penggunaan beras biasa masih belum
lazim bagi masyarakat kita. Beras yang rendah amilosa sebenarnya telah
digunakan di Jepang untuk produksi sake dan beer di Amerika. beras biasa rendah
amilosa di rendam pad suhu 65 C dan di kukus pada 135 C untuk produksi mirin di
Jepang.
Metode pembuatan brem bervariasi tergantung daerahnya, namun umumnya
melalui tahaptahap: perendaman beras di air selama semalam, pengetusan,(pemasakan atau perebusan) selama 15
hingga
60 menit, penambahan starter, sakarifikasi, fermentasi dan pemanenan.
Keberadaan macam mikrobia dalam
starter mempengaruhi efiensi fermentasi alcohol. Mikrobia yang sering dijumpai
dalam fermentasi ini adalah Rhizopus
Oryzae, Aspergillus Oryzae dan saccharomyces cerevisiae. Perbaikan proses
dapat dilakukan dengan memperhatikan titik titik kritisnya seperti jumlah air
yang digunakan untuk perendaman dan perebusan, waktu pengukusan dan penggunaan
kultur murni. Alcohol yang tinggi umumnya diperoleh jika menggunakan beras
ketan dengan kadar alcohol 12 hingga 13,3%.
Dalam percobaan laboratorium dilakukan dengan mencuci beras (800 g)
sebanyak 3 kali kemudian direndam selama 3 jam dan direbus selama 1 jam.
beras yang telah didihkan ini mengandung air 70 - 80%.
kemudian didinginkan di atas nyiru, diinokulasi dengan starter 1%
(spora Rhizopus oryzae 10 juta per ml dan diinkubasi selama 20 jam,
kemudian diinokulasi dengan
1% starter Saccharomyces capsularis
(1 trillun/ml) dan diinkubasi 12 hingga
15 jam. Beras yang telah disakarifikasi ini dipindahkan ke bejana/toples dan
diinkoluasi dengan starter Saccharomyces cerevisiae 1 5 (1 trilliun/mL) dan
diinkubasi selama 16 hari. setelah fermentasi, dilakukan pengepresan dan
diperoleh brem cair. brem cair ini akan lebih baik jika dilakukan fermentasi
anaerob setelah pengepresan yang dikenal dengan proses penuaan agar diperoleh
hasil yang jernih (ini umumnya di lakukan di Industri namun tidak di
Laboratorium) karena butuh waktu lama.
Perbandingan hasil alkohol dalam fermentasi 16 hari dari berbagai beras adalah:
- beras ketan 12, 2 - 12,9%
- beras amilosa rendah (IR 24, IR 43) 12,4 - 12,6 %
- beras amiloas intermediet (IR 48, IR 64) 12,0 - 12,4%
- beras amilosa tinggi 9IR 42, IR 62, IR 36) 10,6 - 11,6 %
ini tidak untuk rasa tapi sekedar alkohol. silahkan berkreasi.
Brem padat merupakan makanan yang
dibuat dari beras ketan, yaitu dari cairan tape yang dipanaskan sampai kental
dan didinginkan sampai memadat. Brem padat memiliki rasa manis atau manis
keasaman, tekstur padat, kering tidak lembek, warna putih kekuningan sampai
kuning kecoklatan serta mudah hancur di mulut. Brem padat banyak dibuat di
daerah Jawa Timur, Jawa Tengah seperti Boyolali, Wonogiri, Caruban dan Madiun.
Bentuk brem padat yang paling umum diperjualbelikan adalah bentuk persegi empat
(kotak) atau bulat pipih (Astawan dan Wahyudi, 1991).
Brem padat adalah suatu produk hasil
fermentasi dari ketan oleh khamir yang dikeraskan. Brem padat kaya akan kalori
dan merupakan makanan khas yang mudah hancur saat dimakan. Kandungan brem padat
terbanyak adalah gula, pati terlarut dan asam laktat. Brem padat yang ada di
pasaran adalah suatu produk pangan yang berwarna putih sampai kecoklatan dan
mempunyai rasa manis keasaman yang dibuat dari pemasakan cairan tapeketan putih
(Anonymous, 1990). Dalam SII Nomor 0369- 90, brem padat didefinisikan sebagai
makan padat yang terbuat dari penguapan sari tape ketan dengan penambahan pati
yang dapat larut.
Standar mutu untuk brem padat:
Tabel 2: Standar Mutu Brem Padat Indonesia
Bau, Rasa, Warna Khas
Kadar Air Max. 16%
Kadar Abu Max 0,5%
Jumlah Karbohidrat dihitung sebagai Pati 60 – 70 %
Pemanis Buatan Tidak ternyata
Derajat asam (ml NaoH 1 N/100 gram) Max 15 %
Bagian tak Terlarut dalam Air Max 1 %
Logam Berbahaya (Cu, Pb, Hg, Zn dan As) Tidak ternyata
Jamur / bakteri bentuk Coli negatif
Sumber: Anonymous (1990)
Sumber: Anonymous (1990)
Proses Fermentasi
Proses fermentasi merupakan tahap terpenting
dalam proses pembuatan brem. Proses fermentasi meliputi empat tahap penguraian.
Tahap pertama, molekul-molekul pati akan dipecah menjadi dekstrin dan gula-gula
sederhana. Proses ini merupakan hidrolisis enzimatis.
Tahap kedua, gula yang terbentuk akan diolah menjadi alkohol. Tahap ketiga, alkohol kemudian diubah menjadi asam organik oleh bakteri Pediococcus dan Acetobacter melalui proses oksidasi alkohol. Tahap keempat, sebagian asam organik akan bereaksi dengan alkohol membentuk cita rasa yang khas, yaitu ester.
Enzim yang mampu mengubah glukosa menjadi alkohol dan karbondioksida selama fermentasi adalah enzim zimase yang dihasilkan oleh khamir Saccharomyces cereviseae. Dalam proses fermentasi, selain alkohol, juga terbentuk asam piruvat dan asam laktat. Asam piruvat adalah produk antara yang terbentuk pada hidrolisis gula menjadi etanol dan dapat diubah menjadi etanol atau asam laktat. Perubahan asam piruvat menjadi asam laktat dikatalisis oleh bakteri Pediococcus pentasaeus.
Proses Pembuatan Brem
Menurut Setyorini (2002), tahapan
pembuatan brem padat adalah pencucian dan perendaman beras ketan, pengukusan,
peragian dan fermentasi, pengepresan, pemekatan, pengadukan dan pencetakan.
Tahapan pembuatan brem padat dapat diuaraikan sebagai berikut:
1. Pencucian dan Perendaman
Menurut Krisnawati (1996), pencucian
dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran yang terikut pada bahan baku sedangkan
perndaman berperan dalam hidrasi molekul pati untuk memudahkan proses
gelatinisasi. Perendaman dapat menyebabkan hidrasi pada granula pati sehingga
pati dapat tergelatinisasi dengan baik jika dipanaskan, jumlah air yang
terserap 30 %.
2. Pengukusan
Proses pengukusan dapat mensterilkan
bahan baku sehingga dapat mengontrol tahap fermentasi lebih baik. Beras yang
masak atau tanak dapat diperoleh dari pengukusan selam 30- 60 menit dihitung
saat uap air mulai terpenetrasi ke dalam bahan. Selam pengukusan beras akan
menyerap air 7 – 12% dari berat awal pengukusan. Total penyerapan air sebanyak
35 – 40% dapat menghasilkan beras tanak yang baik untuk difermentasikan .
Menurut Winarno (1993), gelatinisasi
pati adalah proses pembengkakan granula pati yang bersifat irreversibble.
Apabila suspensi pati dalam air dipanaskan akan terjadi tiga tahapan
pengembangan granula. Tahap pertama terjadi di air dingin, garnula pati akan
menyerap air sebanyak 25-30% dari beratnya. Tahap ini bersifat reversibble.
Tahap kedua terjadi pemanasan sampai suhu 650C. Pada tahap ini mulai terjadi
pembengkakan granula yang bersifat irreversibble. Selama fase ini terlihat
perubahan granula dan sebagian besar molekul pati terlarut terlepas keluar dari
granula. Tahap ketiga terjadi pada pemanasan di atas 650C. Pada fase ini
terjadi pembengkakan garnula pati yang luar biasa dan pada akhirnya granula
pati akan pecah.
3. Peragian dan Fermentasi
Ragi diberikan setelah bahan yang
dikukus dingin. Ragi terlebih dahulu dihaluskan untuk memudahkan inokulasi (
Haryono, 1994). Brem padat dapat diperoleh penggunaan ragi 0,5% dengan waktu
fermentasi yang cukup panjang .
Menurut Fardiaz ( 1996), proses utama
pada fermentasi tape terbagi dua tahap yaitu, tahap pertama merupakan pemecahan
pati menjadi gula sederhana yang menimbulkan rasa manis dan membentuk cairan
dimana konversi pati menjadi gula sederhana dilakukan oleh kapang dengan enzim
amilase. Tahap berikutnya fermentasi sebagian gula menjadi asam organik,
alkohol dan senyawa- senyawa cita rasa. Konversi gula menjadi alkohol dilakukan
oleh khamir. Pemecahan gula menjadi alkohol ini melalui proses yang disebut
glikolisis dimana gula diubah menjadi etil alkohol. Proses glikolisis ini
cenderung terjadi pada kondisi anaerob. Proses esterifikasi pada fermentasi
tape antara asam dan alkohol menghasilkan ester yang membentuk cita rasa khas
tape.
4. Pengepresan dan Pemekatan
Pengepresan dimaksudkan untuk
mendapatkan air/ sari tape. Pengepresan dilakukan secara perlahan- lahan
sehingga filtrat yang keluar akan lebih banyak (Krisnawati, 1996). Menurut
Soesanto dan Saneto (1994), ekstraksi cairan tape dengan cara pengepresan
ditujukan untuk mendapatkan cairan tape sebanyak-banyaknya.
Menurut Krisnawati (1996), pemekatan
bertujuan untuk mengurangi sebagian air yang ada. Pemekatan dilakukan dengan
pemanasan sampai didapatkan konsentrasi tertentu. Selama proses pemekatan
terjadi maillard (reaksi antara gula reduksi dan asam-asam amino yang
distimulasi dengan pemanasan) sehingga semakin lama pemekatan, maka
pembentukkan warna coklat semakin sempurna. Proses tersebut menimbulkan flavor
khas pada brem. Proses pemekatan dilakukan dengan pemanasan pada suhu 900C
selama tiga jam.
5. Pengadukan
Menurut Nasution (1982), proses
pengadukan bertujuan untuk memperoleh kristal-kristal yang baik, pengadukan
yang kuat pada larutan pekat akan menimbulkan kristal-kristal kecil dengan
tekstur halus. Apabila larutan tersebut mencapai titik jenuh maka kristal akan
terbentuk karena adanya tenaga yang menyebabkan bergabungya komponen-komponen
terlarut membentuk inti kristal.
No comments:
Post a Comment