Sunday, November 4, 2012

CONTROL ATMOSPHERE STORAGE (CAS)



Peningkatan SDM bermutu, hanya bisa dicapai lewat kualitas pendidikan yang bermutu. Contoh: Teknologi handling komoditas hortikultura segar, 60 tahun yang lalu di negara maju (Inggris, Amerika dan baru beberapa puluh tahun yang lalu di Australia) telah menggunakan teknologi control Atmosfer agar panen apel dan pear bisa disimpan selama 6 bulan dan baru dipasarkan ke negara pengimpor. Dalam perkuliahan, teori control Atmosfer hanya diberikan dalam batas teori yang kedalaman materimasih amat dangkal. Tidak ada sarana praktek, karena memang teknologi tersebut, secara komersial belum ada di Indonesia. Pada skalalaboratorium dalam praktek, di Fakultas Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian (sekarang Fak. Teknologi Pertanian) Universitas Brawijayabaru diajarkan dan dipraktekkan tahun 1996- sekarang). Itupun denganketerbatasan sarana sensor oksigen, sensor karbon dioksida dan sensor etilen belum terpasang pada alat control Atmosfer di laboratorium Pasca Panen FTP (Widjanarko dkk, 1997). Padahal di masa mendatang teknologi jenis ini yang akan berkembang dalam bentuk handy, seperti mesin AC saat ini. Tantangan kedua, agenda riset yang terjadwal di kebanyakan PT di Indonesia masih belum tersusun rapi. Riset yang dilaksanakan masih berdasarkan kebutuhan sesaat sesuai dengan pesan
sponsor. Apakah sponsor dari lembaga pemerintah (DIKTI dan lain-lain), maupun dari swasta. Dana penelitian seperti banyak kita ketahui masih sangat kecil dibandingkan dengan negara-negara maju. Potensi peer groups (baik bidang pomologist/fisiologi pasca panen, biotechnologist, food technologist dan ahli komputer atau ahli lain terkait belum terjalin.

Disamping itu masih ada Teknologi Produk Hortikultura untuk penanganan komoditi segar, agar masa simpan komoditi menjadi lebih panjang, yakni: teknologi yang dikenal sebagai: teknologi penyimpanan buah atau sayuran yang disimpan dalam ruang atmosfer terkendali.

Teknologi penyimpanan atmosfer terkendali dan  serta edible film akan berkembang pesat pada millennium mendatang, yang akan diuraikan pada sub-bab potensi perkembangan Teknologi Produk Hortikultura di masa mendatang.

I.            Kontrol Atmosfer

Penyimpanan komoditas hortikultura dalam ruang penyimpanan,dimana kadar oksigen dan karbon dioksida dalam atmosfer/udara dikontrol secara teliti, pada suhu rendah dan RH tinggi disebut: Teknik penyimpanan control Atmosfer (KA). Dalam praktek sehari-hari, teknik Kontrol Atmosfer telah digunakan lebih dari 60 tahun yang lalu sampai sekarang untuk jenis buah seperti: apel, pear, jeruk (Kader,1980). Sedang untuk sayuran seperti: broccoli (Makhlouf et al., 1989),parsley (Hruschka and Wang, 1979) yang tetap segar selama 4 minggu,brussels sprouts (Lipton and Mackey, 1987) dan banyak lagi pustaka yang menyebut hal itu. Secara umum penyimpanan buah pada udaratipis (rendah oksigen) berkisar 2-5% O2 dan CO2 pada kadar yang sama dengan suhu ruang 12 –15 OC untuk jenis buah tropis dan 0-5 OC untuk buah dingin (Kader, 1980). Widjanarko dkk (1999) melaporkan penyimpanan pisang dalam sistem control Atmosfer (9-17% O2), suhu 14 oC, pisang Cavendish tahan sampai 45 hari, sedang control  cuma 15 hari. Pisang ambon hijau disimpan pada 5-7% O2, suhu 20 OC, matang pada 34-35 hari, sedang kontrol matang setelah 12 hari (Widjanarko dkk, 1999). Selanjutnya mangga arumanis disimpan selama 10 hari pada kondisi 4-5% O2, suhu 14 OC matang sesudah 16-19 hari, sedang control matang 6-7 hari (Widjanarko dkk, 1999). Kelemahan sistem ini belum ada sensor oksigen yang mengatur kadar oksigen rendah dalam ruang sistem KA. Sistem KA dalam skala komersial (kapasitas ruang penyimpanan 15-20 ton/ruang atau 50 – 100 ton/5 ruang sistem KA), yang ada saat ini masih menggunakan control Atmosfer dengan control panel elektronik (Bartsch, 1982). Namun di negara maju kontrol komposisi udara dalam  ruang KA, akan diambil alih sepenuhnya oleh kontrol komputer, lengkap dengan sensor oksigen, karbon dioksida, etilen, karbon monoksida, suhu dan RH. Saat ini sistem KA masih demikian besar ukurannya dan dioperasikan untuk skala komersial. Sedang untuk kebutuhan rumah tangga, belum tersedia/ada mesin yang mampu memenuhi kebutuhan  rumah tangga tersebut, seperti: majig jar misalnya. Di masa mendatang, tentu ukuran ruang KA, akan mengecil, seperti PC, majig jar, dan AC milik kita. kontrol komposisi Atmosfer, suhu, RH akan dilakukan oleh alat remote and it is just a matter of your finger. Kita lihat kemajuan teknologi elektronik maju pesat luar biasa. Jawa Pos Rabu 7 Januari  2000 memuat berita, era komputer gengam, dimana segala kebutuhan manusia, mulai komunikasi, menonton TV, mendengarkan musik, belanja dll dipenuhi oleh Pocket PCs. Tentunya keberadaan mesin penyimpanan buah/sayur dengan kondisi Atmosfer terkontrol, bukanlah sesuatu hal yang mustahil. Kesemuanya itu tergantung adakah pasar untuk itu terbuka luas dan kemauan para peneliti untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut. CSIRO Australia, Divison Food Science and Technology telah menemukan plastik yang mampu menyerap oksigen secara otomatis, diberi nama ZERO2. Konsumen tinggal membungkus buah/sayurnya dalam ZERO2, urusan menekan respirasi/pernafasan  buah/sayuran diambil alih oleh ZERO2. Komoditi tetap segar, tentu dengan umur simpan terbatas pula, namun lebih panjang dari teknik MA sebelumnya (Homepage: Food Science Australia, 5 April 1999).  Penemuan baru diatas tentulah menggugah semangat ilmuwan di Indonesia, khususnya ilmuwan di Universitas Brawijaya untuk tetap melakukan riset, walaupun telah mencapai gelar jenjang akademik tertinggi. Mencari terobosan baru, guna memajukan ilmu itu sendiri dan membawa manfaat bagi masyarakat, khususnya konsumen. Sarana INTERNET adalah sarana yang dapat kita gunakan untuk tetap mengikuti perkembangan ilmu di bidang kita masing-masing. Lebih-lebih bagi kita yang berprofesi staff pengajar.  Disamping buku teks, dan jurnal, INTERNET adalah sarana yang  sangat tepat untuk memperluas wawasan bagi staf pengajar, seperti  menyusun dan melengkapi SAP (Satuan Acara Perkuliahan). Perpustakaan Unibraw telah menyediakan fasilitas itu, bagi mereka yang tidak memiliki fasilitas INTERNET Di rumah. Dengan membayar setara dengan 2 bungkus rokok, bagi yang merokok, selama sekitar 1 jam kita.

Bisa melanglang buana ke dunia ilmu dan teknologi yang tidak terbatas.  Makin luas wawasan seorang dosen, diharapkan makin variatif dan makin berbobot materi kuliah yang diajarkan, kepada anak didiknya. Semoga. Ini menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai staff pengajar di Universitas Brawijaya yang kita cintai ini.




II.            Penerapan Kontrol Atmosfer Storage
Metode control atmosfer storage mampu menurunkan kadar tanin pada buah-buahan golongan klimakterik, yang umumnya memiliki tingkat keasaman tinggi.
            Perlakuan dengan uap ethanol, hanya dengan menempatkan 10 mL ethanol didalam plastik dimana 20 buah ditempatkan sudah secara nyata menurunkan kadar tanin buah selama penyimpanan dibandingkan dengan control dan tanpa ethanol dalam kantong plastik. Peranan ethanol adalah terjadinya kondensasi tanin sehingga tanin yang larut dalam air menjadi tidak larut dan rasa sepat menjadi tidak terasa.  Perubahan tanin tersebut dapat diikuti dengan dengan proses oksidasi dari tanin yang tidak larut dalam air tersebut yang dapat dicirikan dengan adanya perubahan warna coklat daging buah kesemek (Yamada,1994). Namun Yamada mencurigai bahwa yang berperan dalam perubahan tanin tersebut adalah acetaldehyde. Senyawa ini dapat dibentuk dari ethanol yang masuk atau yang telah ada dalam buah dengan melibatkan enzim alkohol dehidrogenase.  Hal ini didukung dengan adanya data bahwa semakin panjang umur simpan maka semakin menurun kadar tanin buah baik pada control maupun pada buah yang diperlakukan dengan ethanol.
Dengan semakin lama masa simpan buah, proses pemasakan semakin lama terjadi dimana ethanol dan acetaldehyde dalam buah umumnya juga meningkat (Wills et al., 1997). Peningkatan kedua senyawa tersebut relatif tinggi pada buah klimakterik seperti buah salak. Dengan teknik control atmosfer dimana pada buah diberikan konsentrasi CO2 relatif tinggi mampu menurunkan kadar tanin melalui terbentuknya ethanol dan acetaldehyde dalam buah melalui respirasi anaerobik. Sehingga dengan cara ini juga dilakukan untuk menurunkan rasa sepat buah kesemek (Yamada, 1994).


DAFTAR PUSTAKA

No comments:

Post a Comment