Sunday, November 4, 2012

Cara Men-generate Bilangan Random di Microsoft Excel



Ada 3 jenis percobaan yang dilakukan, yaitu :
  1. Menghitung nilai
dengan a bilangan random terbatas 0 sampai 10.
  1. menghitung nilai b
Dengan a dan b bilangan random 1-5
3.   menghitung keliling lingkaran (K=)
      Dengan pembuatan nilai  bervariasi dan d bilangan random

Secara rinci ketiga percobaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.  menghitung nilai dengan a bilangan random terbatas 0-10
Prosedurnya dilakukan sebagai berikut.
a.       menentukan 30 bilangan random terbatas 0 sampai dengan 10 menggunakan program aplikasi Microsoft excel 2003.
b.      Mengelompokkan ke 30 bilangan random tersebut kedalam 16 kelompok pembulatan, yaitu pembulatan 0 hingga 15 digit.
c.       Menjumlahkan ke 30 bilangan yang telah dikelompokkan menurut pembulatan tersebut pada b, yang secara matematis dinotasikan dengan  dengan adalah a bilangan random terbatas 0-10.
d.      Penjumlahan dilakukan sebanyak 100 kali, tapi set penjumlahan terdiri dari 30 bilangan random, hingga didapatkan 100 data hasil penjumlahan.
e.       100 data hasil penjumlahan yang didapatkan, dilelompokkan kedalam 6 kelas, 8 kelas, 10 kelas ,12 kelas,15 kelas, 20 kelas, maupun 22 kelas. Hasil hasil pengelompokan kedalam kalas kelas tersebut, ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik distribusi frekuensi, baik yang terdistribusi delam 6 kelas, 8 kelas, 10 kelas, 12 kelas, 15 kelas, 20 kelas, maupun 22 kelas. Dengan catatan semakin banyak kelasnya, semakin kecil rentang interval tiap kelasnya. kolom pertama menyatakan jenis pembulatan bilangan random, yakni 0 hingga 15 digit. Sedangkan kolom kedua hingga kolom ke 13 menyatakan kelas ke-1, kelas ke-2, kelas ke-3 dan seterusnya sampai kelas ke-12. Interval tiap kelas ditentukan seperti pada Tabel 3. Angka-angka distribusi yang terdapat pada kolom ke-2 hingga kolom ke-13 menyatakan frekuensi kemunculan jumlah 30 bilangan random dalam kelas-kelas yang bersesuaian dengan rincian kelas seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1.  Daftar interval dalam 12 kelas nilai
Kelas
ke
Interval
kelas
Kelas
ke
Interval
kelas
1
0≤X<125
7
150≤X<155
2
125≤X<130
8
155≤X<160
3
130≤X<135
9
160≤X<165
4
135≤X<140
10
165≤X<170
5
140≤X<145
11
170≤X<190
6
145≤X<150
12
190≤X<300










f.       Dari 100 set bilangan random yang dijumlahkan, salah satunya seperti daftar 30 bilangan random dengan pembulatan 0 hingga 15 digit. Kolom ke-2 adalah 30 bilangan random dengan pembulatan 0 digit, kolom ke- 3, ke-4, ke-5 dan seterusnya hingga kolom ke- 16 masing-masing adalah 30 bilangan random yang sama dengan bilangan pada kolom ke-2, dengan pembulatan 1 digit, 2 digit, 3 digit, dan seterusnya hingga pembulatan 15 digit. Sedangkan baris terakhir pada tabel tersebut menunjukkan jumlah tiap set bilangan random yang telah dikelompokkan ke dalam pembulatan yang sama.

Pengertian di atas menunjukkan bahwa pada pembulatan 0 digit, 1 digit, dan 2 digit, angka distribusi masih berubah. Namun mulai pembulatan 2 digit hingga 15 digit, angka distribusi selalu konstan (tetap) pada setiap interval kelas. Meskipun tidak ditunjukkan disini, hal ini terjadi pula pada pengelompokan kelas yang terdiri dari 8 kelas, 10 kelas, 15 kelas, 20 kelas maupun 22 kelas. Ini menandakan bahwa untuk operasi penjumlahan dengan operand bilangan random, kita hanya memerlukan pembulatan hasil sampai 2 digit saja. Digit ke-3, ke-4, ke-5, dan seterusnya hingga digit ke-15 tidak diproses pun tidak akan mengubah hasil klasifikasi mengingat angka distribusi selalu sama. Dapat disimpulkan bahwa digit ke-3 hingga digit ke-15 merupakan digit tak signifikan.

2. menghitung nilai bdengan a dan b bilangan random 1-5
Prosedur yang dilakukan seperti berikut.
a. Menentukan 30 pasang bilangan random terbatas 1 sampai dengan 5, menggunakan program aplikasi Microsoft excel 2003.
b. Menghitung nilai daribdengan adan b adalah dua bilangan random berbeda sebagaimana ditentukan dalampoin a, yang masing-masing dengan pembulatan 0 dan 0 digit, 0 dan 1 digit, 1 dan 1 digit, 1 dan 2 digit, 2 dan 2 digit, 2 dan 3 digit, 3 dan 3 digit, 3 dan 4 digit, 4 dan 4 digit, 4 dan 5 digit, serta 5 dan 5 digit. Perlu diperhatikan bahwa jika kita mengalikan dua bilangan yang masing-masing dengan pembulatan m dan n digit maka hasil dari perkalian tersebut menggunakan pembulatan m + n digit. Sedangkan untuk penjumlahan sejumlah operand dengan pembulatan n digit akan menghasilkan hasil dengan pembulatan n digit pula.
c. Pengoperasian seperti pada poin bdilakukan sebanyak 35 kali, pada set bilangan random yang berbeda.
d. Hasil dari 35 kali pengoperasian pada poin c dikelompokkan ke dalam 8 kelas, 10 kelas, 12 kelas, 16 kelas, dan 20 kelas interval, dengan pengertian, semakin banyak jumlah kelas berarti semakin kecil rentang setiap kelasnya.
e. Hasil pengelompokkan seperti pada poin d ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik, baik yang terdistribusi dalam 8 kelas, 10 kelas, 12 kelas, 16 kelas, maupun 20 kelas. Sebagai contoh, terdapat kenyataan bahwa perubahan distribusi hanya terdapat pada pembulatan dengan 0 hingga 2 digit. Mulai pembulatan dengan 2 digit hingga 16 digit, angka distribusi selalu sama. Hal ini terjadi pula pada pengelompokkan dalam 8 kelas, 12 kelas, 16 kelas maupun 20 kelas. Dari hasil-hasil ini dapat disimpulkan bahwa dalam kasus gabungan operasi perkalian dan penjumlahan hanya memerlukan pembulatan hasil hingga 2 digit saja, dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Daftar interval dalam 10 kelas nilai  b
Kelas
ke
Interval
kelas
Kelas
ke
Interval
kelas
1
227≤X<237
7
277≤X<287
2
237≤X<247
8
287≤X<297
3
247≤X<257
9
297≤X<307
4
257≤X<267
10
307≤X<317
5
267≤X<277
11
317≤X<327
3. Menghitung keliling lingkaran (K= πd) dengan pembulatan nilai π yang bervariasi dan d bilangan random
Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Menentukan 30 bilangan random terbatas 0 hingga 20 sebagai panjang diameter lingkaran.
b. Menghitung keliling masing-masing lingkaran dengan nilai π yang bervariasi jumlah digit pembulatannya, mulai dengan 0 digit, 1 digit, 2 digit dan seterusnya hingga 10 digit di belakang koma.
c. Mengelompokkan hasil penghitungan keliling lingkaran tersebut ke dalam 4 kelas, 8 kelas, 16 kelas, dan 22 kelas.
d. Hasil pengelompokan disajikan dalam format tabel dan grafik, baik yang terdistribusi dalam 4 kelas, 8 kelas, 16 kelas, maupun 22 kelas. Ternyata hasil perhitungan keliling lingkaran mulai konstan pada pembulatan nilai π dengan 1 digit. Namun pada klasifikasi yang terdiri dari 16 kelas dan 22 kelas, angka distribusi konstan mulai pembulatan nilai πdengan 2 digit. Ini menunjukkan bahwa pada perhitungan fungsi seperti kasus menghitung keliling lingkaran yang diameternyabilangan random, hanya diperlukan pembulatan nilai π hingga 2 digit, mengingat tidak ada perbedaan data distribusi antara pembulatan nilai π dengan 2 digit, 3 digit, 4 digit dan seterusnya. Distribusi data keliling lingkaran dengan nilaiπ yang bervariasi pembulatannya, mulai daripembulatan 0 hingga 10 digit, yang diklasifikasikan ke dalam 8 kelas interval.Pembagian interval dalam 8 kelas tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Daftar interval dalam 10 kelas data keliling lingkaran
Kelas
ke
Interval
kelas
Kelas
ke
Interval
kelas
1
0≤X<8
7
32≤X<40
2
8≤X<16
8
40≤X<48
3
16≤X<24
9
48≤X<56
4
24≤X<32
10
56≤X<64


Daftar Pustaka

Manfaat dan Mudarat Brem



            Brem sebagai minuman beralkohol, jika dikonsumsi secukupnya, bermanfaat mencegah stroke dan penyakit jantung. Sebaliknya, menjadi mudarat dan penyebab penyakit-penyakit tersebut bila kita berlebihan mengonsumsinya.

            Bila Anda jalan-jalan ke Jawa Timur ataupun Bali, brem merupakan minuman dan makanan tradisional yang tidak boleh dilupakan sebagai oleh-oleh. Rasa brem yang luar biasa membuat kita akan terus teringat akan "eksotismenya".

            Kata brem merupakan pemikiran filsafat masyarakat Bali pada zaman dahulu. Sejarah brem dapat dikaitkan dengan perjalanan sejarah agama Hindu di Bali. Brem pada zaman dahulu merupakan cairan yang dipakai sebagai pengganti darah, dalam upacara tabuhrah, yang bertujuan untuk melestarikan manusia dengan alam lingkungannya. Teknologi brem sudah dikenal sebelum tahun 110.

            Terdapat tiga jenis brem dan dua di antaranya berbentuk padat. Jenis pertama brem Madiun, berwama putih kekuningan dengan rasa manis-asam. Bentuknya menyerupai blok dengan ukuran 0,5 X 5 sampai 7 cm. Jenis kedua brem Wonogiri, berwarna putih dengan rasa manis dan sangat mudah larut. Bentuknya bulat tipis dengan diameter sekitar 5 cm. Jenis yang ketiga brem Bali, yaitu minuman beralkohol yang sudah terkenal dan diproduksi di Bali. Semua jenis brem ini dibuat dari air tape ketan.

            Brem Bali merupakan produk cair yang mengandung alkohol, gula pereduksi, gas C02, dan sedikit asam organik. Brem terbentuk dari reaksi antara zat tepung dengan enzim dan sedikit air, sehingga menghasilkan gula. Kemudian gula yang dihasilkan bereaksi lagi dengan enzim, sehingga menghasilkan alkohol dan gas C02. Brem Bali biasanya dikonsumsi setelah makan.





BERAS KETAN
            Bahan baku yang sering digunakan dalam pembuatan brem adalah beras ketan (Oryza sativa var glutinosa), balk beras ketan putih maupun hitam. Jenis umbi-umbian jarang digunakan.

            Beras ketan merupakan beras dengan kadar amilopektin yang sangat tinggi, nasinya sangat mengilap, sangat lekat, dan kerapatan antarbutir nasi tinggi, sehingga volume nasinya sangat kecil. Rasio antara amilosa dan amilopektin dapat menentukan tekstur, pera, dan lengket atau tidaknya nasi.

            Semakin kecil kadar amilosa atau semakin tinggi amilopektin, semakin lengket nasinya. Sifat kelengketan beras ketan menentukan baik buruknya produk brem padat.

            Brem padat yang selama ini terdapat di pasaran adalah brem madiun dan brem wonogiri. Brem ini sangat populer karena rasanya yang cukup enak dan kepraktisan dalam penggunaannya. Sensasi brem akan muncul ketika makanan tersebut dimasukkan ke dalam mulut, langsung mencair dan lenyap, kemudian meninggalkan rasa semriwing di lidah.

            Hasil penelitian Winarno et al (1982) menunjukkan bahwa zat kimia yang paling banyak terdapat dalam brem padat adalah gula, pati terlarut, dan asam laktat. Brem padat merupakan sumber gula yang baik. Di dalam 100 gram brem terkandung 65,18 g gula, sehingga rasanya manis dan sekaligus sebagai sumber energi yang baik. Komposisi kimia brem padat dapat dilihat pada tabel.






Tabel.
Komposisi Kimia per 100 gram brem padat
Senyawa kimia
Kadar
Gula (g)
65,18
Pati (g)
4,56
Air (g)
18,87
Total asam (g)
1,58
Lemak (g)
0,11
Protein (g)
0,42
Padatan terlarut (g)
1,34
Sumber: Winarno et al (1982)
            Ada beberapa macam cara pembuatan brem padat. Prinsipnya, proses tersebut dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu pemilihan bahan baku, pencucian, pengukusan, pemberian ragi, fermentasi, pengepresan, pemasakan, pengadukan, dan pengeringan. Pada fermentasi ketan menjadi tape, berlangsung aktivitas enzim yang dikeluarkan oleh kapang dan khamir. Enzim tersebut akan memecah karbohidrat menjadi gula. Gula yang terbentuk selanjutnya akan diubah menjadi alkohol dan karbondiosida (CO2).
            Selain alkohol, proses fermentasi karbohidrat juga akan menghasilkan asam-asam organik, seperti asam asetat, asam laktat, asam suksinat, dan asam malat. Kombinasi alkohol dengan asam memberikan sensasi rasa tersendiri pada brem yang terbentuk.
            Proses pemasakan sari tape akan sangat berpengaruh terhadap warna brem padat yang dihasilkan. Brem padat biasanya memiliki warna kecokelatan disebabkan karamelisasi gula dan reaksi Maillard. Karamel terbentuk akibat pemanasan gula pereduksi pada suhu yang cukup tinggi.


Dalam pembuatan brem cair ataupun tape sering digunakan bahan dari beras ketan. penggunaan beras biasa masih belum lazim bagi masyarakat kita. Beras yang rendah amilosa sebenarnya telah digunakan di Jepang untuk produksi sake dan beer di Amerika. beras biasa rendah amilosa di rendam pad suhu 65 C dan di kukus pada 135 C untuk produksi mirin di Jepang.
Metode pembuatan brem bervariasi tergantung daerahnya, namun umumnya
melalui tahaptahap: perendaman beras di air selama semalam, pengetusan,(pemasakan atau perebusan) selama 15 hingga 60 menit, penambahan starter, sakarifikasi, fermentasi dan pemanenan.
Keberadaan macam mikrobia dalam starter mempengaruhi efiensi fermentasi alcohol. Mikrobia yang sering dijumpai dalam fermentasi ini adalah Rhizopus Oryzae, Aspergillus Oryzae dan saccharomyces cerevisiae. Perbaikan proses dapat dilakukan dengan memperhatikan titik titik kritisnya seperti jumlah air yang digunakan untuk perendaman dan perebusan, waktu pengukusan dan penggunaan kultur murni. Alcohol yang tinggi umumnya diperoleh jika menggunakan beras ketan dengan kadar alcohol 12 hingga 13,3%.
Dalam percobaan laboratorium dilakukan dengan mencuci beras (800 g)
sebanyak 3 kali kemudian direndam selama 3 jam dan direbus selama 1 jam.
beras yang telah didihkan ini mengandung air 70 - 80%.
kemudian didinginkan di atas nyiru, diinokulasi dengan starter 1%
(spora Rhizopus oryzae 10 juta per ml dan diinkubasi selama 20 jam,
kemudian diinokulasi dengan 1% starter  Saccharomyces capsularis
(1 trillun/ml) dan diinkubasi 12 hingga 15 jam. Beras yang telah disakarifikasi ini dipindahkan ke bejana/toples dan diinkoluasi dengan starter Saccharomyces cerevisiae 1 5 (1 trilliun/mL) dan diinkubasi selama 16 hari. setelah fermentasi, dilakukan pengepresan dan diperoleh brem cair. brem cair ini akan lebih baik jika dilakukan fermentasi anaerob setelah pengepresan yang dikenal dengan proses penuaan agar diperoleh hasil yang jernih (ini umumnya di lakukan di Industri namun tidak di Laboratorium) karena butuh waktu lama.
Perbandingan hasil alkohol dalam fermentasi 16 hari dari berbagai beras adalah:
  • beras ketan 12, 2 - 12,9%
  • beras amilosa rendah (IR 24, IR 43) 12,4 - 12,6 %
  • beras amiloas intermediet (IR 48, IR 64) 12,0 - 12,4%
  • beras amilosa tinggi 9IR 42, IR 62, IR 36) 10,6 - 11,6 %
ini tidak untuk rasa tapi sekedar alkohol. silahkan berkreasi.
Brem padat merupakan makanan yang dibuat dari beras ketan, yaitu dari cairan tape yang dipanaskan sampai kental dan didinginkan sampai memadat. Brem padat memiliki rasa manis atau manis keasaman, tekstur padat, kering tidak lembek, warna putih kekuningan sampai kuning kecoklatan serta mudah hancur di mulut. Brem padat banyak dibuat di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah seperti Boyolali, Wonogiri, Caruban dan Madiun. Bentuk brem padat yang paling umum diperjualbelikan adalah bentuk persegi empat (kotak) atau bulat pipih (Astawan dan Wahyudi, 1991).
Brem padat adalah suatu produk hasil fermentasi dari ketan oleh khamir yang dikeraskan. Brem padat kaya akan kalori dan merupakan makanan khas yang mudah hancur saat dimakan. Kandungan brem padat terbanyak adalah gula, pati terlarut dan asam laktat. Brem padat yang ada di pasaran adalah suatu produk pangan yang berwarna putih sampai kecoklatan dan mempunyai rasa manis keasaman yang dibuat dari pemasakan cairan tapeketan putih (Anonymous, 1990). Dalam SII Nomor 0369- 90, brem padat didefinisikan sebagai makan padat yang terbuat dari penguapan sari tape ketan dengan penambahan pati yang dapat larut.

Standar mutu untuk brem padat:
Tabel 2: Standar Mutu Brem Padat Indonesia
Bau, Rasa, Warna Khas
Kadar Air Max. 16%
Kadar Abu Max 0,5%
Jumlah Karbohidrat dihitung sebagai Pati 60 – 70 %
Pemanis Buatan Tidak ternyata
Derajat asam (ml NaoH 1 N/100 gram) Max 15 %
Bagian tak Terlarut dalam Air Max 1 %
Logam Berbahaya (Cu, Pb, Hg, Zn dan As) Tidak ternyata
Jamur / bakteri bentuk Coli negatif
Sumber: Anonymous (1990)
Proses Fermentasi
Proses fermentasi merupakan tahap terpenting dalam proses pembuatan brem. Proses fermentasi meliputi empat tahap penguraian. Tahap pertama, molekul-molekul pati akan dipecah menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana. Proses ini merupakan hidrolisis enzimatis.

            Tahap kedua, gula yang terbentuk akan diolah menjadi alkohol. Tahap ketiga, alkohol kemudian diubah menjadi asam organik oleh bakteri Pediococcus dan Acetobacter melalui proses oksidasi alkohol. Tahap keempat, sebagian asam organik akan bereaksi dengan alkohol membentuk cita rasa yang khas, yaitu ester.

            Enzim yang mampu mengubah glukosa menjadi alkohol dan karbondioksida selama fermentasi adalah enzim zimase yang dihasilkan oleh khamir Saccharomyces cereviseae. Dalam proses fermentasi, selain alkohol, juga terbentuk asam piruvat dan asam laktat. Asam piruvat adalah produk antara yang terbentuk pada hidrolisis gula menjadi etanol dan dapat diubah menjadi etanol atau asam laktat. Perubahan asam piruvat menjadi asam laktat dikatalisis oleh bakteri Pediococcus pentasaeus.
Proses Pembuatan Brem
Menurut Setyorini (2002), tahapan pembuatan brem padat adalah pencucian dan perendaman beras ketan, pengukusan, peragian dan fermentasi, pengepresan, pemekatan, pengadukan dan pencetakan. Tahapan pembuatan brem padat dapat diuaraikan sebagai berikut:
1. Pencucian dan Perendaman
Menurut Krisnawati (1996), pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran yang terikut pada bahan baku sedangkan perndaman berperan dalam hidrasi molekul pati untuk memudahkan proses gelatinisasi. Perendaman dapat menyebabkan hidrasi pada granula pati sehingga pati dapat tergelatinisasi dengan baik jika dipanaskan, jumlah air yang terserap 30 %.
2. Pengukusan
Proses pengukusan dapat mensterilkan bahan baku sehingga dapat mengontrol tahap fermentasi lebih baik. Beras yang masak atau tanak dapat diperoleh dari pengukusan selam 30- 60 menit dihitung saat uap air mulai terpenetrasi ke dalam bahan. Selam pengukusan beras akan menyerap air 7 – 12% dari berat awal pengukusan. Total penyerapan air sebanyak 35 – 40% dapat menghasilkan beras tanak yang baik untuk difermentasikan .
Menurut Winarno (1993), gelatinisasi pati adalah proses pembengkakan granula pati yang bersifat irreversibble. Apabila suspensi pati dalam air dipanaskan akan terjadi tiga tahapan pengembangan granula. Tahap pertama terjadi di air dingin, garnula pati akan menyerap air sebanyak 25-30% dari beratnya. Tahap ini bersifat reversibble. Tahap kedua terjadi pemanasan sampai suhu 650C. Pada tahap ini mulai terjadi pembengkakan granula yang bersifat irreversibble. Selama fase ini terlihat perubahan granula dan sebagian besar molekul pati terlarut terlepas keluar dari granula. Tahap ketiga terjadi pada pemanasan di atas 650C. Pada fase ini terjadi pembengkakan garnula pati yang luar biasa dan pada akhirnya granula pati akan pecah.


3. Peragian dan Fermentasi
Ragi diberikan setelah bahan yang dikukus dingin. Ragi terlebih dahulu dihaluskan untuk memudahkan inokulasi ( Haryono, 1994). Brem padat dapat diperoleh penggunaan ragi 0,5% dengan waktu fermentasi yang cukup panjang .
Menurut Fardiaz ( 1996), proses utama pada fermentasi tape terbagi dua tahap yaitu, tahap pertama merupakan pemecahan pati menjadi gula sederhana yang menimbulkan rasa manis dan membentuk cairan dimana konversi pati menjadi gula sederhana dilakukan oleh kapang dengan enzim amilase. Tahap berikutnya fermentasi sebagian gula menjadi asam organik, alkohol dan senyawa- senyawa cita rasa. Konversi gula menjadi alkohol dilakukan oleh khamir. Pemecahan gula menjadi alkohol ini melalui proses yang disebut glikolisis dimana gula diubah menjadi etil alkohol. Proses glikolisis ini cenderung terjadi pada kondisi anaerob. Proses esterifikasi pada fermentasi tape antara asam dan alkohol menghasilkan ester yang membentuk cita rasa khas tape.
4. Pengepresan dan Pemekatan
Pengepresan dimaksudkan untuk mendapatkan air/ sari tape. Pengepresan dilakukan secara perlahan- lahan sehingga filtrat yang keluar akan lebih banyak (Krisnawati, 1996). Menurut Soesanto dan Saneto (1994), ekstraksi cairan tape dengan cara pengepresan ditujukan untuk mendapatkan cairan tape sebanyak-banyaknya.
Menurut Krisnawati (1996), pemekatan bertujuan untuk mengurangi sebagian air yang ada. Pemekatan dilakukan dengan pemanasan sampai didapatkan konsentrasi tertentu. Selama proses pemekatan terjadi maillard (reaksi antara gula reduksi dan asam-asam amino yang distimulasi dengan pemanasan) sehingga semakin lama pemekatan, maka pembentukkan warna coklat semakin sempurna. Proses tersebut menimbulkan flavor khas pada brem. Proses pemekatan dilakukan dengan pemanasan pada suhu 900C selama tiga jam.
5. Pengadukan
Menurut Nasution (1982), proses pengadukan bertujuan untuk memperoleh kristal-kristal yang baik, pengadukan yang kuat pada larutan pekat akan menimbulkan kristal-kristal kecil dengan tekstur halus. Apabila larutan tersebut mencapai titik jenuh maka kristal akan terbentuk karena adanya tenaga yang menyebabkan bergabungya komponen-komponen terlarut membentuk inti kristal.